Foto arsitektur, bangunan tua, dan land mark, di Kota Solo

Followers

Arsip

Tweet Me!

Top-ads

Cari Blog Ini

BTemplates.com

category2

Pages - Menu

Popular Posts

Minggu, 08 Maret 2015

Gapura Semangi yang Nyaris Tak Terlihat Itu .....





FOTO ARSITEKTUR -- Era Pakubuwono (PB) X diwarnai deretan proyek pembangunan fisik yang masih bisa dilihat bentuk aslinya hingga hari ini. Salah satu ciri khas pembangunan kota khas PB X adalah adanya penanda fisik batas Kota Solo berupa gapura.

Gapura-gapura batas kota itu dibangun di berbagai titik, yaitu di barat (gapura Kleco, dan gapura Makamhaji), di selatan (gapura Grogol), dan di timur (gapura Semanggi).

Bagi saya, gapura batas kota di Semanggi, Pasar Kliwon, di ujung timur Kota Solo, adalah yang paling berkesan. Bukan soal fisik gapura itu sendiri, melainkan perubahan kondisi lingkungan di sekitarnya.

Dalam soal bentuk, gapura yang satu ini memang kalah megah daripada gapura di Kleco atau Grogol. Gapura ini tergolong "minimalis" dengan didominasi unsur garis vertikal dan digabungkan dengan lengkungan khas bangunan peninggalan Pakubuwono (PB) X. Soal aksen, ya hanya itu.

Ratusan tahun berlalu sejak didirikan, gapura Semanggi menjadi bangunan yang nyaris tak terlihat, apalagi menarik perhatian. Penyebabnya, lokasi gapura itu sudah tertutup oleh Jembatan Mojo penghubung Semanggi (Kota Solo), dengan Kecamatan Mojolaban (Sukoharjo).

Jika tak teliti, orang yang baru pertama melintasi Jl. Kyai Mojo mungkin tak melihat gapura yang kini berada di barat bawah jembatan. Sempatkanlah menengok ke samping jembatan untuk melihat gapura yang sebagian tertutup dedaunan.



Dahulu, sebelum jembatan itu dibangun, gapura tersebut merupakan batas sebuah jalan menuju Sungai Bengawan Solo. Sebelum ada jembatan, jalan berakhir di gapura itu dan orang harus melanjutkan perjalanan dengan perahu, getek dan sejenisnya untuk sampai ke seberang.

Sejak adanya Jembatan Mojo, jalan pun tak lagi melintas di tengah gapura, melainkan melayang di atasnya. Pengendara pun tak lagi merasakan ada gapura yang dulunya selalu menyambut setiap orang yang lewat.

Ketika permukaan air Sungai Bengawan Solo meninggi dan banjir mengancam, kendaraan masih bisa leluasa melewati jembatan. Sementara itu, gapura itu harus siap menghadapi air luapan Bengawan Solo sewaktu-waktu bersama rumah dan gubuk-gubuk di sekitarnya.

Saat musim kemarau tiba, kita bisa turun melewati jalan kecil di samping Jembatan Mojo. Di sana, siapapun bisa melihat dengan jelas gapura yang kini nyaris tak terlihat itu.

Jika punya waktu, maukah Anda menengoknya?

0 komentar:

Posting Komentar